14 September 2009

Yoga Bahasa Jadi Ruang Ibadah

Jawa Pos, 14 September 2009

Memperingati 40 Hari W.S. Rendra Berpulang
Yoga Bahasa Jadi Ruang Ibadah

Oleh : Soetanto Soepiadhy
MEMPERINGATI 40 hari W.S. Rendra berpulang, akan diadakan doa bersama di Kampus Bengkel Teater Rendra sore nanti, tepatnya menjelang magrib hingga tengah malam. Tuhan, Aku Cinta Padamu adalah tema yang disuguhkan dalam acara tersebut. Tema itu menjadi satu-satunya puisi yang ditulis Rendra saat berbaring di rumah sakit sebelum meninggalkan dunia ini. Itulah puisi terakhirnya.

Betapa terharu hati ini, kepada penulis -sebagai salah seorang sahabat- pada suatu malam berdua di rumahnya, secara jujur Rendra mengakui menjadi seniman dan memilih kesenimanan sebagai jalur hidup karena pertemuan dengan seorang penjual arang di sebuah pedesaan di daerah Jogjakarta. Penjual arang itulah yang memberikan kekuatan dan daya hidup kepada dia untuk menjadi seniman. Bisa dipastikan, itulah "guru besar" Rendra, orang tua penjual arang. Meski, pilihan sebagai seniman tersebut sangat ditentang keras oleh bapak dan ibunya yang ingin Rendra menjadi "orang".

01 September 2009

Menunggu Opsi Kabinet SBY

Jawa Pos, 01 September 2009

Menunggu Opsi Kabinet SBY
Oleh: Soetanto Soepiadhy


KEMENANGAN di atas 60 persen dalam pilpres memperlihatkan betapa SBY terlalu mudah mengalahkan para pesaingnya. Kini tugas SBY adalah membentuk kabinet. Pertanyaannya, mudahkah itu dilakukan SBY?

Tampaknya tidak. SBY harus memilih opsi kabinet yang berisi orang-orang profesional atau opsi kabinet akomodatif yang mewakili kepentingan koalisi partai politik.

Dari aspirasi yang kita dengar, rakyat menghendaki SBY bersama Boediono membentuk kabinet yang diisi para profesional dan mereka yang tidak pernah terlibat dalam kasus hukum. Mereka yang berasal dari partai politik dinilai tidak tepat karena mereka bukan orang profesional.

Sementara kalangan partai pendukung menghendaki SBY mau akomodatif terhadap mereka. Toh mereka sudah berkeringat untuk kemenangan SBY. Pertanyaan selanjutnya, sebagai presiden terpilih yang memiliki legitimasi penuh dari rakyat, beranikah SBY menentukan orang-orang yang akan duduk di kabinet dengan mengacu pada profesionalitas dan bukan sekadar politik dagang sapi?